Si Cantik Ginkgo biloba Obat Anti Diabetes


Ginkgo biloba dan musim gugur

Anda pernah melihat film drama Korea atau film Jepang yang menampilkan suasana romantis dengan latar musim gugur? Biasanya dominan dengan latar dedaunan berwarna kuning dan merah. Sungguh indah sekali bukan?

Nah, latar pepohonan dengan daun berwarna kuning adalah dedaunan dari pohon Ginkgo biloba, sedangkan yang berwarna merah biasanya dari daun pohon Maple. Tentu saja dedaunan tersebut sebelumnya berwarna hijau seperti pada umumnya, kemudian berubah warna di musim gugur.
Perubahan warna terjadi karena pada saat musim gugur terjadi perubahan beberapa faktor iklim, seperti: udara menjadi lebih dingin, intensitas cahaya matahari turun, dan kelembaban yang rendah. Kondisi ini membuat beberapa tumbuhan beradaptasi untuk tetap hidup. Salah satunya yang dilakukan oleh G. biloba adalah dengan menghentikan produksi klorofil. Nantinya tumbuhan ini akan memasuki fase istirahat di musim dingin dengan menggugurkan seluruh daunnya.

Seiring dengan dengan aktivitas menghentikan produksi klorofil, G. biloba juga menyesuaikan diri dengan memproduksi beberapa senyawa metabolit sekunder. Ini sesuai dengan kaidah ilmu kimia bahwa dalam kondisi yang kurang baik, umumnya tumbuhan akan bertahan hidup dengan memproduksi metabolit sekunder tertentu. Senyawa metabolit sekunder tersebut juga membawa pigmen warna tertentu, misalnya: anthosianin membawa pigmen berwarna merah, sedangkan karotenoid membawa pigmen warna kuning. Hal itu menjelaskan kepada kita mengapa tanaman G. biloba berwarna kuning dan tanaman lain berwarna merah di musim gugur. Lalu apa hubungannya daun kuning G. biloba dengan obat anti diabetes?

Khasiat Ginkgo biloba

Tumbuhan G. biloba dipercaya sejak zaman kuno memiliki khasiat mujarab untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Masyarakat pada zaman dahulu menggunakan daun dan bijinya sebagai ramuan dalam pengobatan. Biji G. biloba juga dijadikan sebagai asupan makanan untuk kesehatan. Kebiasaan memakan biji G. biloba ini terus berlanjut hingga zaman modern sekarang ini. Tidak heran apabila biji G. biloba bisa kita jumpai di super market maupun convenient store di kota-kota di Jepang.
Para ilmuwan modern telah melakukan berbagai riset untuk mengungkap manfaat G. biloba. Dalam istilah saat ini dikenal juga sebagai saintifikasi obat tradisional. Saintifikasi khasiat G. biloba tersebut masih terus dilakukan sampai hari ini. Dari hasil penelitian, terungkap bahwa G. biloba dapat digunakan untuk mengobati penyakit Alzheimer. Penyakit Alzheimer adalah penyakit pada otak manusia yang dapat menyebabkan penurunan daya ingat dan kemampuan berpikir maupun berbicara. Selain itu, G. biloba juga bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah serta sebagai obat anti oksidan dan anti asma.

G. biloba menghambat enzim α-glukosidase

            Sekarang kita tahu mengapa pada saat musim gugur daun G. biloba berubah warna menjadi kuning. Bahwa terjadi adaptasi tumbuhan terhadap perubahan lingkungan, antara lain dengan menghasilkan senyawa metabolit sekunder. Senyawa-senyawa metabolit sekunder inilah yang umumnya memiliki khasiat obat sebagaimana diungkap oleh para peneliti. Karena itu, perlu penggalian manfaat obat lainnya pada daun kuning G. biloba.
Hasil penelitian penulis pada saat menempuh studi di Jepang pada tahun 2015 mengungkap khasiat lain dari daun G. biloba yang berwarna kuning. Ternyata ekstrak daun tersebut dapat menghambat enzim α-glukosidase. Ini berarti ekstrak G. biloba berpotensi sebagai anti diabetes karena dapat menghambat enzim yang membantu serapan gula ke dalam darah. Ketika dibandingkan dengan daun yang berwarna hijau, hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak daun kuning memiliki aktivitas hambat yang jauh lebih tinggi. Maka hal ini menjawab pertanyaan kita mengenai hubungan daun kuning pada G. biloba dengan anti diabetes.
Selanjutnya, kita ingin tahu senyawa kimia apa pada ekstrak G. biloba yang memiliki peran sebagai anti diabetes. Ini penting karena apabila ingin pengembangan lebih lanjut menjadi obat farmasi, maka harus diketahui hingga tingkat senyawa kimia. Hasil isolasi menggunakan metode yang standar diperoleh beberapa senyawa aktif yang bersifat tunggal. Maka dilakukan identifikasi lebih lanjut untuk mengenali jenis senyawa tersebut. Setelah diidentifikasi lebih lanjut, ternyata senyawa tersebut adalah ginkgolic acid dengan beberapa turunannya. Hal yang menggembirakan adalah bahwa riset ini yang pertama mengungkap manfaat senyawa ginkgolic acid sebagai penghambat enzim α-glukosidase. 
Bagaimana pengembangan ginkgolic acid menjadi obat farmasi? Tentu saja harus dilakukan proses lebih lanjut hingga bisa dijadikan obat secara komersial. Anda berminat?

Comments

Popular posts from this blog

MAHBUB DJUNAEDI DAN GENERASI PEMBERANI

Potensi Gaharu sebagai Obat Anti Diabetes

Kongkow Bareng Ketum Alumni Fahutan IPB edisi ngopi Lombok: Catatan temu alumni fahutan Komda NTB